Senin, 02 November 2015

Gunung Lokon

Gunung Lokon adalah sebuah gunung di dekat Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m dari permukaan laut. Pendakian menuju Kawah Tompaluan yang merupakan pusat kegiatan G. Lokon saat ini dimulai dari Kakaskasen atau Kinilow, Perjalanan ditempuh selama 1,5 jam dengan menyusuri lembah (sungai kering) Pasahapen.


  
 Sejarah Kegiatan Gunung Lokon
Tahun
Kegiatan
1829
Maret, terjadi eksplosif uap di pelana
1893
29 Maret,telah bekerja dua buah "boccaï" sejumlah batu dilontarkan demikian pula bom siput selama berbulan-bulan.
1930
Agustus
1942
3 september, erupsi abu,
1949
Ada kenaikan tingkat kegiatan pada 14 September dengan erupsi   kecil, tetapi erupsi sebenarnya mulai pada 2 Juli 1951 untuk berlangsung terus-menerus hingga akhir 1951.
1952
Kegiatan erupsi sebagai lanjutan dari dalam 1951. Erupsi agak besar terjadi pada 27 dan 28 Mei. Kegiatan baru menurun dan berhenti dalam November.
1953
Kegiatan masih terjadi.
1958
Kegiatan erupsi mulai pada 19 Pebruari dengan sebuah erupsi kecil yang memuntahkan lapili di sekitar kawah. Kemudian erupsi terjadi pada 4, 16 - 17 Maret, 3 - 4 Mei. Kegiatannya berlangsung sepanjang tahun.
1959
Kegiatan erupsi sejak Pebruari 1958, dilanjutkan dalam 1959, berlangsung terus sampai berakhir pada 23 Desember. Selama satu tahun ini terjadi erupsi abu diselingi erupsi kuat yang melontarkan batu. Hujan abu turun di sekitarnya. Dalam Agustus, September dan November tidak terjadi erupsi.
1961
Pada 19 Mei, Setelah istirahat lk. 2 tahun, terjadi lagi erupsi abu. Kegiatannya berlangsung terus   sepanjang tahun. Erupsi abu kuat yang besar terjadi 2 kali yakni pada 24 Oktober dan 20 November.
1962
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
1965-
1966
 Kenaikan kegiatan
1969
Fasa eruptiva mulai pk. 00.10 pada 27 November. Esok harinya eksplosif pk. 21.57 menyebabkan erupsi abu setinggi 400 m. Hujan pasir belerangan . Kegiatan bertambah pada akhir tahun. Luncuran awan panas sepanjang lembah Pasahapen lk. 2 km jauhnya ke arah Kinilow.
1970
Dari April hingga Desember terjadi erupsi abu.
1973
September, peningkatan kegiatan.
1974
28 Januari, Erupsi abu.
1975
Pembentukan kubah lava.
1976
2 Januari, terjadi erupsi, sumbat lava dihancurkan.
1977
8 Maret, 5, 6, 27 April, 8, 13, 15, 17 Mei, 8, 13 - 15 September, terjadi erupsi, sinar api.
1982
Peningkatan kegiatan, asap bertambah tebal.
1983
Hembusan asap.
1986
Erupsi freatik, lahar ke S. Pasahapen. Terjadi erupsi, 24 Maret, 5, 7, 12, 27 April, 18 Mei, Juni, 14 Juli setinggi 3000 m. Agustus erupsi abu kecil. 4 September dengan tinggi erupsi 1500 m.
1987
6 Januari, 11, 21 Maret, 10, 13 Mei, Erupsi abu
1988
21 April, 17, 18, 21 Juli, Erupsi abu
1989
21 Agustus, 5 September, terjadi erupsi.
1990
21 April, 5 Mei, terjadi erupsi.
1991
12 Januari, 6, 28 Maret, 10 - 11, 17, 26 - 28 Mei, 1 - 30 Juni, 4 - 7. 9. 11 Juli, Erupsi abu 19 September, 24 Oktober, terjadi erupsi dan pertumbuhan kubah lava. 25 Oktober, awan panas ke S. Pasahapen sejauh 1000 m, tinggi asap 2000 m. 26 - 31 Oktober, 1, 6, 12, 17, 20, 24 November, 1 Desember, terjadi erupsi.
1993
April, kegiatan meningkat berupa gempa tremor. Juni - September, kegiatan meningkat berupa swarm gempa vulkanik.
1997
12 Desember, terjadi erupsi freatik di dasar kawah, membentuk lubang dengan diameter lk. 5m.
2000
7 Juli, terbentuk lubang baru di dasar kawah. Lubang yang berdiameter lk. 7 m, berbentuk seperti sumur memancarkan cahaya merah.
2001
28 Januari pukul 19.20 WITA, terjadi erupsi disertai oleh lontaran material pijar (bom vulkanik) yang jatuh di sekitar Kawah Tompaluan. 26 Maret, pukul 14.40 WITA terjadinya erupsi abu..
2002
9 Februari, pukul 14.10 wita, terjadi erupsi abu.
2003
Februari - April, terjadi 30 kali erupsi, 9 kali diantaranya disertai abu dengan ketinggian lebih dari 1000 m berwarna abu-abu kehitaman. Erupsi terbesar terjadi pada 23 Februari, ketinggian abu erupsi mencapai 2500 m. Erupsi berakhir 1 April.
2007
Pada akhir bulan Desember terjadi peningkatan kegiatan

Karakter Erupsi dari Gunung Lokon ,berdasarkan catatan sejarah erupsi, pada umumnya erupsi G. Lokon berupa erupsi abu disertai lontaran batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar dan awan panas. Erupsinya berlangsung beberapa hari.Bila terjadi erupsi besar, maka bahaya utama erupsi G. Lokon atau bahaya primer (bahaya langsung akibat erupsi) adalah luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu) dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari erupsi) adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila turun hujan lebat di sekitar puncak.Gejala G. Lokon menjelang meletus pada umumnya berupa menebalnya asap kawah, tingginya berfluktuasi antara 400 - 600 m di atas bibir kawah. Makin lama asap tersebut makin menebal dan suatu saat akan berubah warna menjadi kelabu, yang menandakan bahwa material berukuran abu sudah terbawa keluar.
Daerah di sekitar gunung Lokon adalah Kota Tomohon, kekuatan Kota Tomohon yang berpenduduk sekitar 98.000 jiwa terletak di atas ketinggian 400-800 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kawasan yang memiliki luas sekitar 147,2 kilometer persegi itu berada di tangan warganya, yang 70 persen di antaranya adalah petani khususnya petani bunga karena material hasil erupsi membuat tanah menjadi subur,daerah ini kaya akan bunga sehingga disebut dengan kota bunga.Bunga produksi Tomohon mendongkrak pendapatan per kapita warganya menjadi Rp 15 juta per tahun pada 2013 sekaligus menekan angka pengangguran sekitar 7 persen atau 6.000 warga. Angka pendapatan per kapita tahun 2013 itu naik tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun 2006 lebih kurang Rp 5 juta per tahun. Tomohon juga memiliki potensi sumber daya alam energi panas bumi Lahendong yang menghidupkan listrik di Sulut, dengan empat pembangkit sebanyak 80 megawatt, potensi besar Kota Tomohon itu memberikan ketahanan kepada masyarakatnya. Geowisata yang ditawarkan adalah areal perkemahan (camping ground) dan mendaki gunung (hiking) atau jalan - jalan di sekitar lereng, yang merupakan areal perkebunan rakyat. Areal perkemahan di lereng bagian timur, di sekitar lembah Pasahapen atau pada jalur/route pendakian ke kawah. Air bersih dapat diperoleh pada mata air di bagian hilir Kali Pasahapen atau air yang tergenang pada kali tersebut (jika musim hujan). Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh lk. 1,5 jam jalan kaki dari desa Kakaskasen I atau lk. 2 jam dari jalan raya Manado - Tomohon.

Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan masyarakat Tomohon terjadi pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya masyarakat di Kota Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan adat istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam sebuah lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat ini, yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan bahkan pada kondisi asli tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya. Pola pengelompokan berdasar ikatan kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas dalam permukiman. Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus. Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu. Di samping itu di seluruh tanah Minahasa setiap tahunnya di setiap kecamatan atau kawasan diadakanupacara syukuran yang dikaitkan dengan upacara keagamaan. Kegiatan ini dipusatkan di gereja-gereja yang ada di kecamatan atau kawasan tersebut. Maksud diadakannya upacara syukuran adalah untuk mengucap syukur atas segala berkat dan anugerah yang telah Tuhan berikan di Tanah Minahasa termasuk masyarakat Tomohon dalam setahun, Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa percakapan juga menggunakan bahasa daerah Minahasa. Bahasa daerah yang paling sering digunakan di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah Tomohon termasuk dalam etnis Tombulu




1 komentar: