Gunung Lokon adalah sebuah gunung di
dekat Kota
Tomohon, Provinsi Sulawesi
Utara. Gunung ini memiliki ketinggian 1.580 m
dari permukaan laut. Pendakian menuju Kawah Tompaluan yang merupakan pusat
kegiatan G. Lokon saat ini dimulai dari Kakaskasen atau Kinilow, Perjalanan
ditempuh selama 1,5 jam dengan menyusuri lembah (sungai kering) Pasahapen.

Tahun
|
Kegiatan
|
1829
|
Maret, terjadi eksplosif uap di
pelana
|
1893
|
29 Maret,telah bekerja dua buah
"boccaï" sejumlah batu dilontarkan demikian pula bom siput selama
berbulan-bulan.
|
1930
|
Agustus
|
1942
|
3 september, erupsi abu,
|
1949
|
Ada kenaikan tingkat kegiatan pada 14
September dengan erupsi kecil, tetapi erupsi sebenarnya
mulai pada 2 Juli 1951 untuk berlangsung terus-menerus hingga akhir 1951.
|
1952
|
Kegiatan erupsi sebagai lanjutan dari
dalam 1951. Erupsi agak besar terjadi pada 27 dan 28 Mei. Kegiatan baru
menurun dan berhenti dalam November.
|
1953
|
Kegiatan masih terjadi.
|
1958
|
Kegiatan erupsi mulai pada 19
Pebruari dengan sebuah erupsi kecil yang memuntahkan lapili di sekitar kawah.
Kemudian erupsi terjadi pada 4, 16 - 17 Maret, 3 - 4 Mei. Kegiatannya
berlangsung sepanjang tahun.
|
1959
|
Kegiatan erupsi sejak Pebruari 1958,
dilanjutkan dalam 1959, berlangsung terus sampai berakhir pada 23 Desember.
Selama satu tahun ini terjadi erupsi abu diselingi erupsi kuat yang
melontarkan batu. Hujan abu turun di sekitarnya. Dalam Agustus, September dan
November tidak terjadi erupsi.
|
1961
|
Pada 19 Mei, Setelah istirahat lk. 2
tahun, terjadi lagi erupsi abu. Kegiatannya berlangsung
terus sepanjang tahun. Erupsi abu kuat yang besar terjadi 2
kali yakni pada 24 Oktober dan 20 November.
|
1962
|
Tidak ada keterangan lebih lanjut.
|
1965-
1966 |
Kenaikan kegiatan
|
1969
|
Fasa eruptiva mulai pk. 00.10 pada 27
November. Esok harinya eksplosif pk. 21.57 menyebabkan erupsi abu setinggi
400 m. Hujan pasir belerangan . Kegiatan bertambah pada akhir tahun. Luncuran
awan panas sepanjang lembah Pasahapen lk. 2 km jauhnya ke arah Kinilow.
|
1970
|
Dari April hingga Desember terjadi
erupsi abu.
|
1973
|
September, peningkatan kegiatan.
|
1974
|
28 Januari, Erupsi abu.
|
1975
|
Pembentukan kubah lava.
|
1976
|
2 Januari, terjadi erupsi, sumbat
lava dihancurkan.
|
1977
|
8 Maret, 5, 6, 27 April, 8, 13, 15,
17 Mei, 8, 13 - 15 September, terjadi erupsi, sinar api.
|
1982
|
Peningkatan kegiatan, asap bertambah
tebal.
|
1983
|
Hembusan asap.
|
1986
|
Erupsi freatik, lahar ke S.
Pasahapen. Terjadi erupsi, 24 Maret, 5, 7, 12, 27 April, 18 Mei, Juni, 14
Juli setinggi 3000 m. Agustus erupsi abu kecil. 4 September dengan tinggi
erupsi 1500 m.
|
1987
|
6 Januari, 11, 21 Maret, 10, 13 Mei,
Erupsi abu
|
1988
|
21 April, 17, 18, 21 Juli, Erupsi abu
|
1989
|
21 Agustus, 5 September, terjadi
erupsi.
|
1990
|
21 April, 5 Mei, terjadi erupsi.
|
1991
|
12 Januari, 6, 28 Maret, 10 - 11, 17,
26 - 28 Mei, 1 - 30 Juni, 4 - 7. 9. 11 Juli, Erupsi abu 19 September, 24
Oktober, terjadi erupsi dan pertumbuhan kubah lava. 25 Oktober, awan panas ke
S. Pasahapen sejauh 1000 m, tinggi asap 2000 m. 26 - 31 Oktober, 1, 6, 12,
17, 20, 24 November, 1 Desember, terjadi erupsi.
|
1993
|
April, kegiatan meningkat berupa
gempa tremor. Juni - September, kegiatan meningkat berupa swarm gempa
vulkanik.
|
1997
|
12 Desember, terjadi erupsi freatik
di dasar kawah, membentuk lubang dengan diameter lk. 5m.
|
2000
|
7 Juli, terbentuk lubang baru di
dasar kawah. Lubang yang berdiameter lk. 7 m, berbentuk seperti sumur
memancarkan cahaya merah.
|
2001
|
28 Januari pukul 19.20 WITA, terjadi
erupsi disertai oleh lontaran material pijar (bom vulkanik) yang jatuh di
sekitar Kawah Tompaluan. 26 Maret, pukul 14.40 WITA terjadinya erupsi abu..
|
2002
|
9 Februari, pukul 14.10 wita, terjadi
erupsi abu.
|
2003
|
Februari - April, terjadi 30 kali
erupsi, 9 kali diantaranya disertai abu dengan ketinggian lebih dari 1000 m
berwarna abu-abu kehitaman. Erupsi terbesar terjadi pada 23 Februari,
ketinggian abu erupsi mencapai 2500 m. Erupsi berakhir 1 April.
|
2007
|
Pada akhir bulan Desember terjadi
peningkatan kegiatan
|
Karakter Erupsi dari Gunung Lokon ,berdasarkan
catatan sejarah erupsi, pada umumnya erupsi G. Lokon berupa erupsi abu disertai
lontaran batu pijar, kadang-kadang mengeluarkan lava pijar dan awan panas.
Erupsinya berlangsung beberapa hari.Bila terjadi erupsi besar, maka bahaya
utama erupsi G. Lokon atau bahaya primer (bahaya langsung akibat erupsi) adalah
luncuran awan panas, lontaran piroklastik (bom vulkanik, lapili, pasir dan abu)
dan mungkin aliran lava. Sedangkan bahaya sekunder (bahaya tidak langsung dari
erupsi) adalah lahar hujan yang terjadi setelah erupsi apabila turun hujan
lebat di sekitar puncak.Gejala G. Lokon menjelang meletus pada umumnya berupa
menebalnya asap kawah, tingginya berfluktuasi antara 400 - 600 m di atas bibir
kawah. Makin lama asap tersebut makin menebal dan suatu saat akan berubah warna
menjadi kelabu, yang menandakan bahwa material berukuran abu sudah terbawa
keluar.
Daerah di sekitar
gunung Lokon adalah Kota Tomohon, kekuatan Kota Tomohon yang berpenduduk
sekitar 98.000 jiwa terletak di atas ketinggian 400-800 meter di atas permukaan
laut (mdpl). Kawasan yang memiliki luas sekitar 147,2 kilometer persegi itu
berada di tangan warganya, yang 70 persen di antaranya adalah petani khususnya
petani bunga karena material hasil erupsi membuat tanah menjadi subur,daerah ini kaya akan bunga sehingga
disebut dengan kota bunga.Bunga produksi
Tomohon mendongkrak pendapatan per kapita warganya menjadi Rp 15 juta per tahun
pada 2013 sekaligus menekan angka pengangguran sekitar 7 persen atau 6.000
warga. Angka pendapatan per kapita tahun 2013 itu naik tiga kali lipat
dibandingkan dengan tahun 2006 lebih kurang Rp 5 juta per tahun. Tomohon juga
memiliki potensi sumber daya alam energi panas bumi Lahendong yang menghidupkan
listrik di Sulut, dengan empat pembangkit sebanyak 80 megawatt, potensi besar
Kota Tomohon itu memberikan ketahanan kepada masyarakatnya. Geowisata yang
ditawarkan adalah areal perkemahan (camping ground) dan mendaki gunung (hiking)
atau jalan - jalan di sekitar lereng, yang merupakan areal perkebunan rakyat.
Areal perkemahan di lereng bagian timur, di sekitar lembah Pasahapen atau pada
jalur/route pendakian ke kawah. Air bersih dapat diperoleh pada mata air di
bagian hilir Kali Pasahapen atau air yang tergenang pada kali tersebut (jika musim
hujan). Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh lk. 1,5 jam jalan kaki dari
desa Kakaskasen I atau lk. 2 jam dari jalan raya Manado - Tomohon.
Pengaruh budaya dan adat istiadat terhadap kehidupan
masyarakat Tomohon terjadi
pada pola pengelompokan sosial, dimana pada umumnya masyarakat di Kota
Tomohon ber-etnis Minahasa, maka kebiasaan dan
adat istiadat Minahasa yang hidupnya berkelompok dan mengumpul dalam sebuah
lingkungan kecil terbawa dan teraplikasikan dalam kondisi bermasyarakat saat
ini, yaitu lingkungan permukiman menjadi padat dan bahkan pada kondisi asli
tidak memiliki batas yang jelas antara satu rumah dengan rumah yang lainnya.
Pola pengelompokan berdasar ikatan kekeluargaan dan kekerabatan terlihat jelas
dalam permukiman. Masyarakat Kota Tomohon sama seperti masyarakat Minahasa pada
umumnya memiliki adat istiadat dan budaya yang dikenal dengan sebutan Mapalus.
Budaya mapalus atau bekerja bersama dan saling bantu. Di samping itu di seluruh
tanah Minahasa setiap tahunnya di setiap kecamatan atau kawasan diadakanupacara syukuran yang dikaitkan dengan upacara keagamaan. Kegiatan
ini dipusatkan di gereja-gereja yang ada di kecamatan atau kawasan tersebut.
Maksud diadakannya upacara syukuran adalah untuk mengucap syukur atas segala
berkat dan anugerah yang telah Tuhan berikan di Tanah Minahasa termasuk
masyarakat Tomohon dalam setahun, Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat di Kota Tomohon selain menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa percakapan juga menggunakan bahasa daerah Minahasa. Bahasa daerah yang paling sering
digunakan di Kota Tomohon adalah bahasa Tombulu, karena memang wilayah Tomohon
termasuk dalam etnis Tombulu
wah bagus
BalasHapus